Selama di Bukittinggi gak biasa-biasanya gue bangun siang. Bisa dibilang gue ini masuk salah satu diantara mahasiswi teladan yang bangun jam 5an. Iya
iya tau, untuk yang teladan gue mungkin bohong. Sebelum gue kena koreksi atas
tulisan gue barusan, mending gue langsung yang klarifikasi :p.
Dongkol gak sih coba? kalo lo terpaksa tidur jam 3 tapi
bangunnya tetep jam 5 padahal itu hari libur, itu tuh gondoknya kayak nahan
bisul yang mau pecah tau gak. Pernah niat banget buat bangun lewat dari jam 10,
tapi mau gimana ya sodara-sodara, Bukittinggi tuh kalo pagi dinginnya
naudjubillah. Gue yang biasa tinggal di tempat yang panas. Suka udik kulitnya sama udara sejuk kayak
begitu. Mau gak mau kebangun juga di jam jam kronis -_-
Tapi kali ini udara pagi di Bukittinggi gak mampu menerobos
masuk ke dalam poripori kulit gue. Gue terlalu asik memperhatikan sosok itu, mengamati
setiap gerak-geriknya dari kejauhan, ketika dia dengan terpaksa harus dikerumi
orang banyak. Setiap apa yang ia lakukan itu menarik akan sangat berdosa jika gue harus dengan
sengaja melewatinya. Ini mungkin jadi alesan kenapa Lyla bikin lagu Magic. Nanana
semua yang kau lakukan is magic (Y)
*deg* (anggaplah suara jantung)
benarkah itu dia?
Dia kembali!
Sedikit berbeda memang karena, tulang-tulang itu tumbuh sedikit demi sedikit sehingga merusak tubuh kecilnya yang dulu. Dia terlihat seperti remaja
kebanyakkan di usia 18 th. Wajah, senyum dan tatapannya gue bisa rekam itu
dengan jelas di otak. Bersyukurlah dia baik-baik aja sekarang, senyum itu masih
sama seperti dulu. Meski kali ini gue harus sadar dan melepaskan diri dari
sakit karena senyum itu bukan buat gue.
Entah kenapa gue merasa benar-benar sendiri dan berdua
dengannya (sendiri dan berdua dengannya? Membingungkan). Di satu sisi gue
ngerasa hanya ada gue dan dia di ruang ini, tapi sisi yang lain seperti
menjelaskan bahwa gue keliru. Gak ada dia, gak ada kita, karna hanya ada gue sendiri. Gak
ngerti? Wanita emang sulit dipahami, tapi maunya selalu dimengerti #eeaaa
ADSFdgjklhl~jgjkhjkj~jghkjll~
Tiba-tiba gue denger nyanyian abstrak seorang wanita. Suara bedebah
itu berhasil merusak kosentrasi gue. Doi mana doi?
Astagfirullah dia menghilang!
Gak lama setelah itu, gue jadi uring-uringan dengan iler
kemana-kemana. Dasar kunti-kunti (sebutan untuk penghuni kamar sebelah red) sialan!
suara lo itu kun (baca= kunti) nyelekit ngerusak mimpi indah gue. Harus ada
hukuman yang setimpal untuk perbuatan jahanam ini.
Baiknya kita lupain pasukan penghuni kamar horor itu, kita
balik lagi ke topik tadi.
Tersadar kalo barusan gue cuma mimpi L
gue ternyata gak bener-bener ketemu, entah kenapa 4th terakhir kita gak pernah
berjodoh hanya untuk sekedar bertemu.
Jadi keinget senyumnya tadi, manisnya bikin lumeerrr, bikin
dada sesek dan kemudian pinsan kekurangan udara *yak*
Sebenernya sih gue bukan mau bahas senyumnya dalam arti itu.
Maklum suka kebawa suasana kalo bahas yang manis-manis ;p. Maksud gue senyumnya
tadi kayak ngasih tanda kalo doi bahagia dengan hidupnya yang sekarang ini. Beneran
kayak gitu? Dia bahagia dengan kondisi hubungan kita yang kacau beliau gini?
Apa cuma gue aja yang cemas sama keadaan kita yang sekarang? marah
banget rasanya karena dia dengan tega ngebiarin gue menderita dengan perasaan
ini.
Terlalu banyak kesalahpahaman diantara kita, kita terlalu menjujung
tinggi harga diri (baca = jaim) masing-masing dan lebih memilih melukai
perasaan satu sama lainnya. Jujur ya! Ada banyak sapaan yang tiba-tiba terpaksa
gue urungkan karena ya itu tadi. Jaim. Gue gak mau cuma gue yang keliatan
peduli dengan semua ini, sementara lo cuek aja. Mungkin lo gitu juga, atau
entahlah.
Kondisi ini terus menerus menekan. Sampai akhirnya kita dipaksa untuk terbiasa dengan kondisi yang kayak
gini. Gue cuma disodorin satu pilihan yang padahal sisi dari diri gue mau ada pilihan
yang lain.
Waktu itu. Gue lebih milih buat nutup buku tentang kita,
menguburnya dalam-dalam sampe gak ada yang berani jamah.
Berhasil?
Awalnya mungkin iya. tapi, 2th belakangan. Semua kenangan gue
bersama dia tuh muncul lagi kepermukaan. Bikin hidup gue yang semula membaik kemudian
jadi kacau kembali.
Agak memalukan ketika harus menerima kenyataan kalo dia bisa
tanpa gue sedangkan yang gue lakuin sekarang ini adalah mengemis pada masa
lalu.
Ahh sudahlah!
ini makin ngebuat gue keliatan tolol! kita akhiri saja tulisan ini.
Note: Hari ini gue mimpiin lo, sebagai bukti bahwa gue merindukan
elo yang dulu.